ILYASA HAJJ BANA

PANTUN

Ilyasa Hajj Bana 

2411356014


Pengertian

Pantun adalah cerita tutur dalam bentuk sastra Sunda lama yang disajikan secara paparan (prolog), dialog, dan sering kali dinyanyikan. Seni Pantun itu dilakukan oleh seorang juru pantun (tukang pantun) sambil diiringi alat musik kecapi yang dimainkannya sendiri


Contoh

(1)

Mang Aang ekeur stres

Stresna Jeung si Endah 

Mun hoyong jadi jalmi sukses

Kudu mineung beribadah


(Bang Aang lagi stres

Stresnya sama di Endah 

Kalo mau jadi orang sukses 

Harus sering beribadah )


(2)

Meser beha di Ceu Oyoh 

Beha na di bikeun ka si Naya 

Kumaha rek boga kabogoh 

Usaha na ge te Aya


(Beli beha di Bi Oyoh 

Beha nya dikasih ke si Naya 

Gimana mau punya pacar

Usahanya juga ga ada)


PUISI MODERN


Rindu Hujan


Hujan, dimana engkau berada? Sudah lama aku tidak menemuimu

Kapan kita bisa bertemu dan beristirahat di gelap malam sambil mendengarkan

nyanyian indah mu

Sudah terlalu lama aku merasakan keistimewaan kota ini, sampai-sampai diriku ini

gundah dan teringat dirimu

Aku membutuhkanmu meramaikan kesepian yang kurasakan ini, bahkan semua

makhluk hidup tidak ada artinya tanpa dirimu

Aku akan selalu merindukan mu Hujan


CERPEN

PEDANG LELUHUR


Di suatu malam, seorang ksatria cahaya yang tampan dan rupawan bernama Bana ditugaskan mencari pedang ajaib di sebuah kerajaan kegelapan oleh sang raja. Pedang itu adalah warisan leluhur raja yang tertinggal saat perang 2 abad yang lalu. Dalam perjalanan mencari pedang tersebut, Bana tidak sendiri, ia pergi bersama sahabatnya yang bernama Koko. Perjalanan yang panjang menuju kerajaan kegelapan butuh 5 hari dengan menaiki kuda-kuda yang kekar, sedangkan sang raja memberi kedua ksatria tersebut kuda yang kurus dan ramping. Sebelum berangkat sang raja berpesan agar berhati-hati di perjalanan, karena akan ada banyak rintangan yang akan menghadang jalan menuju kerajaan kegelapan. Kedua kstaria cahaya mulai bersiap-siap untuk memulai perjalanan mencari pedang leluhur.


3 hari perjalanan Bana dan Koko menepi untuk beristirahat sejenak untuk mengisi ulang tenaga. Tidak lama setelah kedua ksatria itu beristirahat, ada getaran dari bawah tanah yang sangat kencang, dan ternyata keluar monster ular yang sudah lama hilang muncul dari bawah tanah sambil berteriak selayaknya sapi yang sedang di sembelih. Bana mulai mengeluarkan pedangnya dari punggungnya untuk membela diri, sedangkan Koko tersungkur jauh karena kena ledakan monster ular yang baru saja keluar dari bawah tanah. Bana menatap Koko yang terluka parah sampai tatapan Bana berubah menjadi terkejut sedih tak bisa berkata-kata. Tapi tatapan itu tidak lama dan membuat Bana merubah pandangan ke arah monster ular yang sedang mengamuk. Bana memulai kuda-kuda untuk melawan balik monster ular itu, lali melompat dan berteriak “MATI KAU CACING JAHANNAM!!!” dengan nada seperti orang melampiaskan dendamnya Bana mengayunkan pedang sangat cepat dan memusnahkan monster itu tidak sampai hitungan menit. Bana sudah memenangkan pertarungan melawan monster ular dan berjalan menghampiri Koko dengan perasaan khawatir, sesampainya di lokasi Koko terjatuh. “apa kau baik-baik saja Koko?” cakap Bana terhadap Koko, “ma.. masihh..” dengan suara yang rendah dan terbata-bata. Dengan mata mulai tertutup dan tubuh mulai dingin, Bana mulai tidak bisa berkata-kata. Dan hembusan nafas terakhir sudah terhembus. Bana menangis sampai air matanya habis, setelah itu Bana berusaha mengikhlaskan dan menguburnya


Di  hari ke 4 Bana bertemu sekumpulan monster-monster berukuran 3 meter. Bana mengeluarkan pedangnya dan mulai menebas dengan sangat gesit, Bana memang sangat ahli dalam pertarungan pedang, sampai-sampai para monster itu tidak ada sedikitpun serangan yang mempan terhadap Bana. Bana tidak menyerah dan mulai menaiki kudanya lalu bergegas ke tujuan. Di hari ke 5 saat fajar, Bana mulai melihat kastil tinggi dari kejauhan, Bana meningkatkan kecepatannya, banyak monster-monster menghalangi jalan, berbagai banyak monster yang menghalanginya. Namun dengan keahlian Bana, Bana menebas satu persatu monster itu dan sampailah digerbang. Penjaga kastil mengarahkan tombak kepada Bana sambil berkata “mau apa kau kesini manusia?” dengan tatapan dendam Bana dengan menjawab “aku ingin membunuh semua jenismu bajingan!” penjaga itu tertawa dan membalas bertanya “bisa apa kau manusia, jenismu saja tidak ada yang bisa terbang” tertawa mengejek, “mungkin kami tidak bisa apa yang bisa dilakukan para monster, tapi percayalah aku akan membunuhmu!” Dengan kecepatan tangannya Bana dengan sekejap mata memenggal kepala si penjaga, penjaga lainnya langsung menyerang tanpa strategi dan musnah seketika di tangan Bana.


 Bana mencari keberadaan raja kegelapan, dan Bana bertemu manusia tua bangka yang sekarang menjadi budak raja. “Sedang apa kau disini?” Dengan kaget si pria tua itu langsung membawa bana ke tempat aman agar tidak ketahuan. “Kenapa kau main masuk saja?” dengan percaya diri Bana mengatakan “aku akan membunuh semua monster yang ada di hadapan ku” dengan mata berbinar pria tua itu bertanya “kau putra ksatria cahaya Banatrama bukan?” “aku tidak tahu siapa orang tuaku sejak aku lahir” jawab Bana “aku ayahmu nak” dalam hati Bana berkata sok asik, “tidak usah bercanda pak, aku sedang mencari pedang leluhur” bapak itu menjawab “itu adalah pedang warisan dari leluhurmu nak, aku ini putra raja Banatrim, kau adalah keturunan nya” “bagaimana kau bisa tau aku ini anakmu?” “karna ada lambang segitiga di lengan mu sama seperti ku” sambil menunjukan lengannya. Semangat Bana semakin meningkat dan mulai keluar dari tempat persembunyiannya “beri tau dimana pedang itu berada” “ruang bawah tanah” Bana dengan gesit mulai mengeluarkan seni pedang yang dia kuasai menebas 2 sekaligus setiap ayunannya. Dan pada akhirnya bertemu raja kegelapan di ruang bawah tanah yang sedang menyambuk para manusia “HEY KEPALA LANCIP! LAWAN AKU!” dengan gagah berani Bana menjulurkan pedang ke arah raja kegelapan “siapa yang berani berkata seperti itu padaku?” “siapa lagi kalau bukan aku, ksatria cahaya” raja kegelapan melompat cepat ke arah Bana, dengan reflek tinggi Bana menghindar dan menebas bagian perut. Raja kegelapan marah dan mengganti sosok menjadi monster besar berukuran 7 meter, dan mengeluarkan semburan api ke Bana. Bana menghindar berkali-kali sampai kehabisan tenaga, lalu Bana seketika mendapat telepati dari ayahnya yang berkata “pakailah pedang leluhur kita” dengan kecepatan Bana langsung menggocek monster besar itu dengan melompat-lompat ke dinding bawah tanah. Setelah berhasil mendapatkan pedang leluhur Bana dapat telepati ayahnya kembali “ayunkan pedangnya dan ucapkan apa yang kamu mau” tanpa basa-basi Bana mengayunkan pedangnya dengan berkata “MATILAH PARA MONSTER BANGSAAAT!!!” Bana menebas leher monster itu hingga terpental jauh kepalanya. Para monster seketika lenyap tanpa bekas sedikitpun 


Bana kembali dengan ayahnya ke kerajaan cahaya, dengan sorakan rakyat yang bergembira setelah mendengar kabar kerajaan kegelapan musnah, dan Bana menjadi raja kerjaan cahaya.




Udah.

    




Ilyasa Hajj Bana (King Bana)



Comments

Popular posts from this blog

YUDI RAHMAT SYAHPUTRA

M. FALIH I'TISHAM KHULUQI

KAISAR ANANDA GINTING